Karimun — Upaya penguatan kapasitas kepemimpinan santri terus dilakukan di lingkungan pesantren. Salah satunya melalui kegiatan Seminar Muharikul Qulub: Seni Memimpin dan Menggerakkan Hati Santri yang diselenggarakan pada Rabu (10/12/2025) di Pondok Pesantren Salafiyah Asy-Syafi’iyyah Darul Qur’an, Kundur Utara, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan kolaborasi antara Universitas KH. Mukhtar Syafaat (UIMSYA) Blokagung Banyuwangi dengan Pondok Pesantren Salafiyah Asy-Syafi’iyyah Darul Qur’an. Seminar ini diikuti oleh 20 pengurus pesantren dan santri senior yang selama ini berperan langsung dalam pengasuhan dan pembinaan kedisiplinan santri di lingkungan asrama.
Seminar digelar sebagai respons atas
kebutuhan penguatan model kepemimpinan santri yang tidak hanya menekankan
kepatuhan formal, tetapi juga mampu menumbuhkan kesadaran intrinsik, tanggung
jawab kolektif, dan partisipasi aktif santri. Melalui pendekatan Muharikul
Qulub atau kepemimpinan berbasis hati, kegiatan ini menekankan pentingnya
keteladanan, empati, dan nilai-nilai kepemimpinan profetik dalam praktik
pengasuhan pesantren.
Ketua pelaksana kegiatan, Ikhsan
Mubarok, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada pihak pesantren atas
dukungan penuh terhadap pelaksanaan seminar. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini
diharapkan dapat menjadi titik awal penguatan kepemimpinan santri yang lebih
humanis dan relevan dengan tantangan pendidikan pesantren di era modern.
“Pengurus santri bukan sekadar
penegak aturan, tetapi figur teladan yang mampu menggerakkan hati, membangun
kesadaran, dan menumbuhkan motivasi santri dari dalam diri mereka sendiri,”
ujarnya.
Kegiatan inti seminar disampaikan
oleh Ustadz Abdul Wahid sebagai narasumber utama. Dalam pemaparannya, ia
menekankan bahwa kepemimpinan dalam pesantren merupakan amanah tarbiyah yang
menuntut sentuhan spiritual dan pendekatan personal. Materi yang disampaikan
meliputi filosofi kepemimpinan profetik (Nabawiyah), pemahaman psikologi santri
kontemporer, teknik empati dan mendengarkan aktif, komunikasi persuasif, hingga
manajemen konflik berbasis kasih sayang.
Selain pemaparan materi, peserta juga dilibatkan secara aktif dalam sesi diskusi, simulasi kasus, dan role-playing kepemimpinan. Melalui metode ini, peserta dilatih untuk mempraktikkan komunikasi empatik, memberikan umpan balik konstruktif, serta menyusun solusi bersama dalam menghadapi persoalan kedisiplinan santri.
Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan
adanya peningkatan pemahaman peserta terhadap konsep kepemimpinan berbasis
hati, serta keterampilan komunikasi persuasif yang lebih humanis. Peserta juga
menyatakan komitmen untuk mulai menerapkan pendekatan Muharikul Qulub
dalam praktik pengasuhan sehari-hari di pesantren.
Sebagai bentuk keberlanjutan
program, kegiatan ini juga menginisiasi pembentukan komunitas belajar Muharikul
Qulub Circle sebagai forum refleksi dan pendampingan kepemimpinan santri secara
berkelanjutan. Selain itu, tim pengabdian menyerahkan draf awal Pedoman Praktis
“Seni Menggerakkan Hati Santri” kepada pihak pesantren sebagai panduan internal
pembinaan pengurus santri.
Pihak Pondok Pesantren Salafiyah
Asy-Syafi’iyyah Darul Qur’an menyambut baik pelaksanaan seminar ini dan
berharap kegiatan serupa dapat terus dikembangkan melalui kerja sama lanjutan
dengan perguruan tinggi. Program ini dinilai sejalan dengan visi pesantren
dalam membentuk santri yang tidak hanya unggul secara akademik dan spiritual,
tetapi juga memiliki karakter kepemimpinan yang matang dan berkepekaan sosial.
Melalui Seminar Muharikul Qulub,
pesantren diharapkan mampu membangun budaya kepemimpinan santri yang lebih
empatik, partisipatif, dan berorientasi pada pembinaan kesadaran, sehingga
tercipta lingkungan pesantren yang harmonis, dinamis, dan berkelanjutan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar